Apabila kita perlu tempat kumpul bersama teman saat malam, di Singaraja (Bali Utara) ada banyak. Kalau mencari yang ada jedag jedug musiknya, pergilah ke lovina. Kalau mencari yang instagramable, lokasinya disekitar kampus Undiksha. Di sepanjang jalan A.Yani dari ujung ke ujung, pun ada banyak pedagang nasi jinggo dan nasi kuning. Tidak luput aneka jajanan di senggol-senggol terdekat.
Ada yang baru dan terletak agak ke timur, di jalan Singaraja – Amlapura. Tepatnya di Jl. WR Supratman No.210. Apabila datang dari arah Barat, lewati dahulu Secata Rindam IX/Udayana yang ada di sebelah kiri jalan dan jembatan setelahnya. Angkringan ini terletak di sebelah kanan jalan.
Jangan berekspektasi tinggi, Angkringan ini tidak memasang baliho besar atau papan reklame penuh cahaya. Hanya ada papan penunjuk berukuran kurang lebih 100 x 60 cm dengan spanduk berwarna hijau putih bertuliskan Mula Keto di dekat trotoar. Tungku api lengkap dengan pancinya serta meja yang telah tersusun nasi dibungkus daun pisang sebagai ciri khas tempat itu ada aktivitas ekonominya.
Saat tim Infoumkm.id berkesempatan hadir disana. Kesan pertamanya memanglah sebuah angkringan yang sederhana dan berkarakter. Tungku api dari arang itu menyala merah memberikan panas untuk air dalam panci, hal seperti ini sering ditemui pada angkringan yang mengusung tema klasik. Lazimnya sebuah angkringan, ada tikar yang digelar di sepanjang trotoar dan beberapa orang asik ngobrol.
“Angkringan itu memang tercipta dari ronda warga di suatu posko. Kemudian ada jajanan dan wedangan (air hangat) untuk menemani obrolan saat itu. Kalaupun sekarang ada hiasan lainnya untuk berfoto ria itu bentuk modifikasi keinginan konsumen saja”, ujar Nara salah satu foundernya.
Pantas saja, ketika ditinjau dari laman akun Instagram @mula.keto, angkringan ini mengusung hastag Fitrah Angkringan Sesungguhnya. Lebih lanjut, Narayana menjelaskan dengan antusias konsep dan produk dari angkringan ini.
“Kami membuka ini untuk memberikan alternatif ruang berbagi cerita kepada siapapun yang datang kemari. Harga Menu disini sangat terjangkau, produk kami sehat dan merupakan pangan organik, tidak ada minuman sachet disini. Untuk Nasi jinggo kami pilih lauknya ikan (pindang) karena pada umumnya nasi jinggo di singaraja adalah ayam”, jawabnya.
“Hanya di angkringan ini, ada Teh Telengnya dan harganya lima ribu saja. Biasanya teh teleng itu di restauran dik” celetuk Andika salah satu pengunjung. Selain teh teleng, menu lainnya ada Teh Rosella, Teh Secang, Wedang Uwuh, Seroja, Taluh Mica dan Nasi Pindang. Representasi sebuah kesederhanaan yang dimaksud.
“Meskipun hanya dengan tikar diatas trotoar, Beberapa kepala dinas dan tokoh di Buleleng pernah duduk disini dan berbagi cerita. Setiap Bulan kami rencanakan untuk Kopdar Bike, bersepeda dengan senang – senang keliling kota. Pun ada namanya Belajar dari Ahli, workshop sederhana yang mengundang orang untuk belajar bersama disini dengan ahlinya” Ucap Nara.