Tulisan ini akan membahas tentang proses pewarnaan kain dari bahan alami di suatu angkringan. Perjumpaan awal tim Infoumkm.id dengan angkringan ini bukan karena papan reklame atau rekomendasi video di sosial media (viral). Ceritanya, tim mendapat undangan terbuka mengikuti workshop mewarnai kain dari bahan organik di grup whatsapp alumni SMA.
Setelah ditelusuri, narasumbernya merupakan pengusaha kain yang mahsyur. Apabila dia mengadakan workshop, pesertanya adalah turis dan biayanya tentu harga turis. Sebut saja itu Pagi Motley. Merupakan pelaku UMKM binaan Bank Indonesia yang terletak di Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng. Untuk lebih lengkapnya, bisa dicek pada akun instagramnya @pagimotley.
Angkringan Mula Keto, mengundang siapapun yang berminat belajar dari ahli secara berkala dan terbuka. Kembali pada pembahasan mewarnai kain. Judul kegiatan yang tersebar di famplet adalah Celup Kain Pewarna Alami Daun Tanjung. Ini merupakan topik kedua dari program Belajar dari Ahli. Saat itu, peserta terbatas hanya 7. Pelaksanaannya dijadwalkan 09 Juli 2022.
Setelah mengikuti seleksi, beruntungnya infoumkm.id berkesempatan terpilih dan mengikutinya. Hadir juga sebagai peserta saat itu adalah 3 siswi SMA, 2 Ibu Rumah Tangga dan 1 pelaku UMKM lainnya. “ Kami memilih daun tunjung karena menurut kami, daun ini mudah kita jumpai. Sebagai Perindang jalan di seputaran Singaraja, nah kita eksplore manfaatnya”, jelas Nara selaku Creative Event sekaligus salah satu founder angkringan Mula Keto.
Proses Mewarnai
Pak Andika, menjelaskan dengan ramah bahwa proses mewarnai kain olehnya ada 4 tahapan utama. Yaitu tahapan Pembersihan bahan, Mordan, Pecelupan dan Pengikatan. Daun Tunjung terlebih dahulu direbus selama 2 jam dan didinginkan. Rangkaiannya sebagai berikut.
Pembersihan kain, Proses awal untuk membuat kain basah secara merata dan membersihkan kain dari noda debu atau noda lainnya yang dapat mengganggu proses pewarnaan. Gunakan pembersih tanpa kandungan pemutih dan air hangat ruam kuku. Bahan dasar kain berwarna putih memberikan hasil pewarnaan yang efektif.
Berikutnya, Mordan adalah proses pembukaan pori-pori kain agar memaksimalkan proses resapan pewarna. Setelah dicuci dan diberi angin sebentar. Kain dicelupkan ke larutan mordan. Larutan ini terdiri dari soda abu dan aluminium yang telah dicairkan. Kedua cairan ini termasuk bahan kimia ringan sehingga aman digunakan. Proses mordan masih menggunakan air hangat. Kain Direndam dalam waktu 10 s.d 15 menit. Angkat kain dan peras.
Selanjutnya, proses Pencelupan. Setelah kain diperas, kain dibentuk sedemikian rupa untuk menentukan motif pewarnaan. Ada namanya motif flower, motif jepit, dan pagi siang (gradasi). Motif flower memberikan kesan bunga, caranya kain diikat-ikat kecil dengan karet secara acak atau dengan pola tertentu. Motif jepit, memberikan kesan titik titik berbentuk persegi kecil dengan pola tertentu dengan cara menjepit kain. Motif Pagi Siang, adalah motif yang memberi kesan gradasi 2 atau lebih warna pada kain. Caranya hanya dengan mengikat kain pada bagian yang ingin dicelupkan. Setelah siap, dicelupkan lah pada air hasil rebusan daun yang telah dingin tersebut.
Terakhir, proses pengikatan. Proses pengikatan adalah bagian penting untuk menguatkan warna pada kain tidak cepat luntur meskipun dicuci berkali-kali. Dalam proses inipun, berpengaruh dalam memberi kesan warna kuat atau lembut. Diperlukan bahan- bahan berikut sebagai pengikatnya. Tawas/Aluminium sudah dicampur air. Kapur sirih (pamor) yang telah dicairkan dan Karat Besi. Masing-masing cairan ini memberikan warna yang beragam. Pamor memberikan warna merah bata, kapur sirih memberikan warna kuning dan karat besi memberikan warna abu-abu. Maksudnya, setelah kain melalui pase pencelupan. Warna pada kain itu dikuatkan dalam proses pengikatan ini. Apabila menginginkan hasil warna yang kuat, proses pengikatan dan pencelupan dapat diulangi hingga 10 s.d 15 kali sesuai selera dan kreasi.
Dirasa cukup, saatnya momen paling ditunggu-tunggu. Membuka karet atau ikatan motif kain untuk melihat secara utuh hasil pewarnaan. Nampak, seluruh peserta tersenyum dan sangat antusias menikmati hasil kreasi masing-masing.
Pada umumnya, Angkringan mengundang masa untuk datang dengan live musik atau selebgram. Namun, Mula Keto membangun brandnya dengan berbagi nilai dan pengetahuan melalui workshop. Sah-sah saja, ini adalah kehendak pelaku UMKM dalam menentukan segmen pasarnya. “Kami tidak menargetkan ini akan menjadi angkringan yang sesak pengunjung dengan live musik. Kami ingin menghadirkan ruang berbagi cerita. Siapapun yang datang kemari, silakan mengobrol dan berbagi cerita. Kan Angkringan Nak Mula Keto”, Ucap Nara. Mula Keto adalah frasa dalam bahasa bali, yang menunjukkan fitrah asal muasal suatu konsep atau fenomena.