INFOUMKMINDONESIA.COM Bali sangat membutuhkan sarana dan prasarana dalam proses upacara agama. Bahkan, kebutuhan akan sarana tersebut terus ada secara berkala dan berkelanjutan. Seperti keben, bokor, dulang, Ingka, Saab dan lainnya Menjelang purnama kapat 1 minggu lagi (hari piodalan di Bali) permintaan akan sarana upacara semakin banyak. Ada yang sejak 2 bulan sebelumnya melakukan pre order. Terutama untuk produk yang terbuat dari tangan dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Salah satu perajin Keben asal Desa Tigawasa Buleleng, Pak Mas sekarang tidak bisa menerima orderan dalam waktu mingguan. Karena pesanan yang membludak pihaknya kini hanya menerima pre-order dalam waktu 2 bulan kedepan.
Hal yang sama dirasakan Ketut Wiryawati, seorang reseller asal Desa Nagasepaha ini juga banjir orderan yang didominasi oleh pesanan online. Karena ia hanya berjualan dengan lewat WhatsApp dan Facebook. Saat ini bahkan sudah ada 50 orang yang tergabung menjadi reseller nya.
Tidak hanya dari Bali, keben-keben bahan jali produksi pengerajin di Jawa juga membanjiri pasar di Bali. Selain harganya yang terjangkau produksinya juga bisa dalam jumlah banyak.

Produk yang paling best seller dan menjadi buruan para sultan adalah keben payet dan bokor klasik. Keben Payet memiliki tampilan yang mewah sedangkan bokor klasik memiliki tampilan layaknya bokor jaman dulu. Untuk harga sangat bervariasi tergantung ukuran. Ukuran diameter 25 cm dibandrol dengan harga 200 rb sedangkan yang paling besar dengan ukuran 35 cm bisa mencapai harga 400 rb.
Pada kondisi lain, di salah satu rumah tahanan di Bali. Warga binaan telah dibekali keterampilan membuat produk sarana upacara ini. Fenomena ini adalah peluang usaha bagi masyarakat Bali pada khususnya. Karena hari raya keumatan di Bali tidak akan ada habisnya sehingga bisnis ini akan terus berkelanjutan jika dijalankan dengan konsisten.
Baca tulisan menarik lainnya terkait UMKM hanya di www.infoumkmindonesia.com