INFOUMKMINDONESIA.COM – Wayang Kamasan merupakan lukisan khas Klungkung, Bali yang berkembang sejak abad-17. Lukisan ini sangat klasik dan identik dengan warna coklat muda, berasal dari warna batu gamping yang dicelupkan ke dalam air. Nama Kamasan berkaitan erat dengan nama salah satu desa yang terkenal akan keseniannya dalam melukis wayang yaitu Desa Kamasan. Secara filosofi lukisan ini memiliki makna yang dalam tentang tri loka yaitu konsep dalam agama hindu tentang tata ruang yang terdiri dari atas, tengah dan bawah. hal ini dikarenakan pada awal mulanya masyarakat saat itu melukis wong-wongan yaitu lukisan tentang manusia dan alam disekitarnya.

Melihat perkembangan zaman yang semakin cepat saat ini mengakibatkan penurunan terhadap kelestarian budaya melukis wayang kamasan. Ida Bagus Nyoman Pascima salah satu panitia penyelenggara kegiatan pengabdian kepada masyarakat menyampaikan bahwa berdasarkan data yang ia ketahui jumlah seniman wayang kamasan sudah semakin menurun. Sepakat dengan hal itu seorang pendiri sanggar wayang kamasan dan salah satu guru di Klungkung mengkhawatirkan jika tidak segera dilestarikan kepada generasi muda maka wayang kamasan akan punah. Sehingga Rumah BUMN Klungkung berkerja sama dengan Universitas Pendidikan Ganesha mengambil langkah awal dengan membuat kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan wayang kamasan ini.
Dikemas dalam bentuk lomba mewarnai yang dilakukan di halaman Rumah BUMN Klungkung, (5/9) mengundang banyak anak-anak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Jumlah peserta cukup membludak padahal dari pihak panitia sudah berusaha untuk membatasi. Namun karena antusias yang tinggi pihak panitia memberikan kebijakan unutk menambah jumlah peserta menjadi 63 orang. Anak-anak dipilih karena di usianya yang sekarang lebih cepat dalam mempelajari hal baru.
Seorang ibu yang menjadi bagian dari pelukis wayang kamasan menjelaskan tujuan kegiatan ini, “agar anak-anak mengetahui warisan budaya, bahwa ada lukisan seperti ini yang berkembang di daerah mereka. Harapannya mereka tahu lalu mampu mengenal lebih dalam dan belajar, tidak harus pintar sekali tapi mengenal dulu”, tutur Sri Wedari.

Kegiatan ini sangat diapresiasi oleh pihak lain seperti mayarakat Klungkung yang tidak hanya berasal dari Desa Kamasan, menambah semangat tinggi untuk terus melestarikan wayang kamasan. Salah satu kampus terbesar di Bali Utara juga menggelontorkan dana LPPM untuk mendanai kegiatan ini dan pengembangan aplikasi untuk untuk memperkenalkan wayang kamasan kepada masyarakat luas.
Karena dikemas dalam bentuk lomba maka ada kriteria yang harus dimiliki para peserta agar menjadi yang terbaik dalam mewarnai wayang kamasan ini. I Wayan Pande Sumantra yang merupakan juri lomba ini memiliki tolak ukur yang terdiri dari kerapian, keserasian, kebersihan, dan kreatifitas dari anak-anak. Tak lupa pendiri sanggar budaya ini juga berpesan kepada generasi muda untuk ikut melestarikan wayang kamasan.